Sejarah Syekh Siti Jenar


Kamis, 03 Jan 2019 15:32 WIB | 6 tahun yang lalu | Pengetahuan

Sejarah Syekh Siti Jenar

Beberapa tahun kebelakang penulis mendengar dari Syekhuna Papap (Pondok Pesantren darul Iman), bahwa Syekh Siti Jenar itu Haq (benar), bahwa beliau yang sebenarnya tidak sesat. 

 

Syekh Siti Jenar, salah satu ulama yang berjasa menyebarkan Islam di Indonesia, namun didalam film Wali Songo beliau diceritakan menjadi orang yang sesat dan mengaku menjadi Tuhan (Allah), bahkan dihukum mati oleh Sunan Kali Jaga. Apakah dalam seluruh cerita itu benar ? Mari kita analisis

Nama asli Syekh Siti Jenar yaitu Sayyid Hasan ‘Ali Al-Husaini, dilahirkan di Persia, Iran. Lalu setelah dewasa beliau mendapat gelar panggilan Syekh Abdul Jalil. Dan ketika dating untukdakwah ke Cirebon, sebelah timur ke selatan Cirebon beliau mendapat gelar panggilan Syekh Siti Jenar atau Syekh Lemah Abang atau Syekh Lemah Brit.

 

Syekh Siti Jenar yaitu seorang Sayyid atau Habib keturunan Rasululloh SAW. Nasab Lengkapnya yaitu Syekh Siti Jenar [Sayyid Hasan ’Ali] bin Sayyid Sholih bin Sayyid ’Isa ’Alawi bin Sayyid Ahmad Syah Jalaluddin bin Sayyid ’Abdullah Khan bin Sayyid Abdul Malik Azmat Khan bin Sayyid 'Alwi 'Ammil Faqih bin Sayyid Muhammad Shohib Mirbath bin Sayyid 'Ali Khali Qasam bin Sayyid 'Alwi Shohib Baiti Jubair bin Sayyid Muhammad Maula Ash-Shaouma'ah bin Sayyid 'Alwi al-Mubtakir bin Sayyid 'Ubaidillah bin Sayyid Ahmad Al-Muhajir bin Sayyid 'Isa An-Naqib bin Sayyid Muhammad An-Naqib bin Sayyid 'Ali Al-'Uraidhi bin Imam Ja'far Ash-Shadiq bin Imam Muhammad al-Baqir bin Imam 'Ali Zainal 'Abidin bin Imam Husain Asy-Syahid bin Sayyidah Fathimah Az-Zahra binti Nabi Muhammad Rasululloh SAW.

Syekh Siti Jenar lahir kira-kira tahun 1404 M di Persia, Iran. Sedari kecil beliau berguru kepada Ayahnya Sayyid Shalih dari bidang Al-Qur’an beserta Tafsirnya, dan ketika pada usia 12 tahun beliau juga sudah menghafal Al-Qur’an. Selanjutnya ketika usia beliau menginjak 17 tahun beliau dan juga Ayahandanya berdakwah sekaligus berdagang di Malaka, ketika dating ke Malaka Ayahanda beliau yaitu Syekh Shalih diangkat menjadi mufti di Malaka oleh Kesultanan Malaka yang dibawah pimpinan Sultan Muhammad Iskandar Syah, dan pada saat itu Kesultanan Malaka ada dibawah Komando Khalifah Muhammad 1, Kekhalifahan Turki Utsmani. Pada akhirnya Syekh Siti Jenar beserta Ayahnya  bermukim di Malaka.

Selanjutnya pada tahun 1425 M. ada pengalihan kekuasaan antara Sultan Muhammad Iskandar Syah kepada Sultan Mudzaffar Syah. Sekaligus pergantian mufti baru dari Sayyid Shalih (Ayahanda Syekh Siti Jenar) kepada Syekh Syamsuddin Ahmad.

Pada akhir tahun 1425 M. Sayyid Shalih serta anaknya dan juga istrinya pindah ke Cirebon, di Cirebon Sayyid Shalih bertemu dengan Kakaknya yaitu Sayyid Kahfi bin Sayyid Ahmad. Pada waktu itu kedudukan Sayyid kahfi di Cirebon yaitu selaku Mursyid Thariqah Al-Mu’tabarah Al-Ahadiyyah dari sanad Sayyidina Utsman bin ‘Affan, sekaligus penasihat Agama Islam Kesultanan Cirebon.

Sayyid Kahfi selanjutnya mengajarkan ilmu Ma’rifatulloh kepada Syekh Siti Jenar yang pada waktu itu usianya 20 tahun. Pada waktu itu Mursyid Al-Thariqah Al-Mu’tabarah Al-Ahadiyyah, ada empat orang, yaitu:

  1. Maulana Malik Ibrahim, selaku Mursyid Thariqah al-Mu’tabaroh al-Ahadiyyah, dari sanad sayyidina Abu Bakar ash-Shiddiq, untuk wilayah Jawa Timur, Jawa Tengah, Bali, Sulawesi, Kalimantan, Nusa Tenggara, Maluku, dan sekitarnya.
  2. Sayyid Ahmad Faruqi Sirhindi, dari sanad Sayyidina ’Umar bin Khattab, untuk wilayah Turki, Afrika Selatan, Mesir dan sekitarnya.
  3. Sayyid Kahfi, dari sanad Sayyidina Utsman bin ’Affan, untuk wilayah Jawa Barat, Banten, Sumatera, Champa, sarta Asia tenggara.
  4. Sayyid Abu Abdullah Muhammad bin Ali bin Ja’far al-Bilali, dari sanad Imam ’Ali bin Abi Tholib, untuk wilayah Makkah, Madinah, Persia, Iraq, Pakistan, India, dan Yaman.

Kitab-Kitab yang dikaji oleh Siti Jenar muda dari Sayyid Kahfi yaitu Kitab Fusus Al-Hikam karangan Ibnu ’Arabi, Kitab Insan Kamil karangan Abdul Karim al-Jilli, Ihya’ Ulumuddin karangan Al-Ghozali, Risalah Qushairiyah karangan Imam al-Qushairi, Tafsir Ma’rifatullah karangan Ruzbihan Baqli, Kitab At-Thawasin karangan Al-Hallaj, Kitab At-Tajalli karangan Abu Yazid Al-Busthomiy. dan Quth al-Qulub karangan Abu Tholib al-Makkiy.

Sedangkan untuk ilmu Fiqih Islam, Syekh Siti Jenar muda berguru kepada Sunan Ampel selama 8 tahun, dan belajar ilmu ushuluddin kepada Sunan Gunung Jati selama 2 tahun.

Setelah wafatnya Sayyid Kahfi, Siti Jenar diberi amanat untuk menggantikannya (Sayyid Kahfi) selaku Mursyid Thariqah Al-Mu’tabaroh Al-Ahadiyyah dari sanad Utsman bin ‘Affan.

 

Diantara murid-murid Syekh Siti Jenar yaitu: Muhammad Abdullah Burhanpuri, Ali Fansuri, Hamzah Fansuri, Syamsuddin pasai, Abdul Ra’uf Sinkiliy dan masih banyak.

 

KESALAHAN SEJARAH MENGENAI SYEKH SITI JENAR YANG MENJADI FITNAH, YAITU:

  1. Menganggap bahwa Syekh Siti Jenar asalnya dari cacing. Sejarah ini bertentangan dengan akal sehat manusia dan Syari’at Islam. Tidak ada bukti referensi yang kuat bahwa Syekh Siti Jenar asalnya daric acing, ini merupakan sejarah bohong. Pada satu naskah kelasik, Tulisan Candhakipun Riwayat Jati; Alih Bahasa; Perpustakaan Daerah Provinsi Jawa Tengah, 2002, halaman 1. Cerita yang masih popular itu dibantah dan tegas, “Wondene kacariyos yen Lemahbang punika asal saking cacing, punika ded, sajatosipun inggih pancen manungsa darah alit kemawon, griya ing dhusun Lemahbang.” Jika diterjemahkan kurang lebih seperti ini “Diceritakan bahwa Lemahbang (Syekh Siti Jenar) itu asalnya dari cacing, itu salah. Sebenarnya  beliau memang manusia yang akrab dengan rakyat jelata, tempat tinggalnya didesan Lemah Abang”.
  1. Ajaran “Manunggaling Kawulo Gusti” yang diidentikan kepada Syekh Siti Jenar oleh beberapa penulis sejarah Syekh Siti Jenar itu bohong, tidak ada dasar alias ngawur. Istilah itu asalnya dari Kitab-kitab Primbon Jawa. Padahal dari Suluk Syekh Siti Jenar, beliau menggunakan kalimat “Fana’ Wal Baqa’.” Fana’ Wal Baqa’ begitu berbeda penafsirannya dengan Manunggaling Kawulo Gusti. Istilah Fana’ Wal Baqa’ merupakan ajaran Tauhid, yang merujuk pada Firman Allah: “Kullu syai’in Haalikun Illa Wajhahu”, Artinya “Segala perkara itu akan rusak dan binasa kecuali Dzat Alloh”.
  2. Pada beberapa buku diceritakan bahwa Syekh Siti Jenar meninggalkan Shalat, Puasa Ramadhan, Shalat Jum’at Haji dsb. Syekh Burhanpuri pada Risalah Burhanpuri halaman 19 membantah, beliah mengatakan “Saya berguru kepada Syekh Siti Jenar selama 9 tahun, selama itu juga saya melihat dengan mata kepala saya sendiri, bahwa beliau (Syekh Siti Jenar) itu pengamal syari’at Islam Sejati, bahkan shalat Sunnah yang dilakukan oleh Syekh Siti Jenar itu lebih banyak daripada yang dilakukan oleh umumnya orang, beliau tidak pernah berhenti berdzikir dan membaca Shalawat Nabi, tidak pernah juga beliau putus puasa Daud (senin kamis), puasa Yaumul Bidh, dan tidak pernah melihat beliau meninggalkan shalat Jum’at”.
  3. Beberapa penulis sudah menuliskan bahwa meninggalnya Syekh Siti jenar, dibunuh oleh para Wali Songo, dan mayatnya berubah menjadi Anjing. Menurut penulis ini merupakan penghinaan kepada seorang Waliyullah, seorang cucu Rasulullah, begitu keji dan biadab, orang yang menyebut demikian. Jika ada penulis yang seperti itu berarti ia tidak bias berfikir jernih. Pada teori Antropologi atau Biologi Quantum juga dijelaskan Manusia lahir dari manusia dan akan mati menjadi manusia. Maka penulis meluruskan riwayat ini berdasarkan riwayat Habaib, ulama, kyai dan ustadz yang percaya Kewaro’annya, bahwa Syekh Siti Jenar wafat pada keadaan sedang sujud di pengimaman Masjid Agung Cirebon, sesudah shalat Tahajjud serta para santri baru mengetahui ketika melaksanakan shalat subuh.
  4. Cerita bahwa Syekh Siti Jenar dibunuh oleh Wali Songo itu bohong. Tidak ada literature yang primer. Cerita itu hanya cerita fiktif yang ditambahkan, supaya terlihat dahsyat dan laku jika dibuat Film.

Bantahan penulis: bahwa Wali Songo itu penegak Syari’at Islam yang pertama ditanah Jawa. Padahal pada Maqoshidus syarii’ah diajarkan bahwa Islam itu memelihara kehidupan (Hifzhun Nasal wal Hayaah). Tidak dibolehkan membunuh jiwa yang mu’min yang didalam hatinya mempunyai Iman kepada Allah. Tidak mungkin Sembilan Waliyullah yang suci dari keturunan Nabi Muhammad SAW. Akan membunuh Waliyullah dari keturunan yang sama. Tidak masuk akal.

Ini fitnah merupakan cara kaum imperialism/missionarisme untuk memecah belah umat Islam supaya umat Islam mebenci dan menjauhi Ulama. Mudah-mudahan kedepannya kaum Muslimin tidak gampang percaya kepada hasutan dan berita-berita hoax/hocus.

Penulis: Asep Muhammad Ali Nurdin


Super Admin | 6 tahun yang lalu | Pengetahuan 3 comments
komentar ( 3 )
  1. User Avatar
    EFFORSELE - rjkchNizpiffild@gmail.com

    online casinos http://onlinecasinouse.com/# free slots slot games slots online

  2. User Avatar
    EFFORSELE - voedeNizpiffild@gmail.com

    vegas slots online casino online slots free casino games online slots online http://onlinecasinouse.com/# - no deposit casino

  3. User Avatar
    driguaday - assepay@svmail.xyz

    buy cialis viagra


Tulis Komentar :