Iman dan Taqwa Perspektif dalam kehidupan Modern


Rabu, 28 Agu 2019 08:40 WIB | 5 tahun yang lalu | Iman

Iman dan Taqwa Perspektif  dalam kehidupan Modern

  • Iman

       Iman atau kepercayaan merupakan dasar utama seseorang dalam memeluk sesuatu agama karena dengan keyakinan dapat membuat orang untuk melakuakan apa yang diperintahkan dan apa yang dilarang. Iman menurut bahasa adalah percaya atau yakin, keimanan berarti kepercayaan atau keyakinan. Dengan demikian, rukun iman adalah dasar, inti atau poko-pokok kepercayaan yang harus diyakini oleh setiap pemeluk agama islam. Kata iman juga berasal dari kata kerja amina-yu’manu-amanan yang berarti percaya.

 

       Selain itu, keimanan adalah suatu kepercaya’an / keyakinan yang tertanam dalam hati yang dibuktikan melalui sikap / tindakan, Setiap manusia yang sepenuh hati beriman kepada Allah swt memenuhi semua perintahNya dan menjahui segala  apa yang dilarangNya. Keimanan adalah perbuatan yang apa bila diibaratkan sebuah puhun mempunyai cabang-cabang, diantara cabang-cabang iman yang paling pokok adalah keimanan kepada Allah swt.

       Iman bukan hanya percaya, melainkan keyakinan yang mendorong seorang muslim berbuat amal shaleh. Seseorang dinyatakan beriman bukan hanya percaya terhadap sesuatu, melainkan mendorongnya untuk mengucapkan dan melakukan sesuatu sesuai keyakinan. Adapun orang yang beriman disebut mukmin.

  • Tahap-tahap keimanan dalam Islam adalah:
  1. Dibenarkan di dalam qalbu (keyakinan mendalam akan Kebenaran yang disampaikan).
  2. Diikrarkan dengan lisan (menyebarkan Kebenaran).
  3. Diamalkan (merealisasikan iman dengan mengikuti contoh Rasul).
  • Proses terbentuknya iman

            Benih iman yang dibawa sejak dalam kandungan memerlukan pembinaan yang berkesinambungan. Pengaruh pendidikan keluarga secara langsung maupun tidak langsung sangat berpengaruh terhadap iman seseorang.

  • Tanda-tanda orang beriman :
  1. Jika disebut nama Allah, hatinya akan bergetar dan berusaha ilmu Allah tidak lepas dari syraf memorinya.
  2. Senantiasa tawakal, yaitu bekerja keras berdasarkan kerangka ilmu Allah atau mengharapkan keridhaan Allah semata.
  3. Tertib dalam melaksanakan shalat dan selalu melaksanakan perintah-perintahnya serta menjahui segala apa yang dilarangnya.
  4. Menafkahkan rizki yang diterima dijalan Allah.
  5. Menghindari perkataan yang tidak bermanfaat dan menjaga kehormatan.
  6. Memelihara amanah dan menepati janji.
  • Manfaat dan pengaruh iman pada kehidupan manusia :
  1. Iman melenyapkan kepercayaan kepada kekuasaan benda.
  2. Iman menanamkan semangat berani menghadapi maut.
  3. Iman memberikan ketentraman jiwa.
  4. Iman mewujudkan kehidupan yang baik.
  5. Iman melahirkan sikap ikhlas dan konsekuen.
  6. Iman memberikan keberuntungan.

 

  • Taqwa

     Taqwa berasal dari kata waqa, yaqi , wiqayah. Yang berarti takut, menjaga, memelihara dan melindungi. Sesuai dengan makna tersebut, maka taqwa dapat diartikan sikap memlihara keimanan yang diwujudkan dalam pengamalan ajaran agama islam secara utuh dan konsisten (istiqomah). Karakteristik orang-orang yang bertaqwa, secara umum dapat dikelompokkan kedalam lima kategori atau indikator ketaqwaan.

  1. Memelihara fitrahnya iman.
  2. Mencintai sesama umat manusia yang diwujudkan melalui kesanggupan mengorbankan harta.
  3. Mendirikan shalat dan menunaikan zakat.
  4. Menepati janji, yang dalam pengertian lain memelihara kehormatan diri.
  5. Sabar disaat kepayahan atau mendapat cubaan.

       Dalam aspeknya taqwa mempunyai hubungan-hubungan, diantaranya :

  1. Hubungan taqwa dengan Allah. Maksudnya: Seseorang yang bertaqwa (muttaqi) adalah orang yang menghambakan dirinya kepada Allah dan selalu menjaga hubunganNya setiap saat serta melaksanakan perintah dan menjahui larangannya.
  2. Hubungan taqwa dengan sesama manusia, maksudnya: hubungan dengan Allah menjadi dasar bagi hubungan sesama manusia. Orang yang bertaqwa akan dapat dilihat dari peranannya di tengah-tengah masyarakat. Sikap taqwa tercermin dalam bentuk kesediaan untuk menolong orang lain, melindungi yang lemah dan berpihakan pada kebenaran dan keadilan. Karena itu, orang yang taqwa akan menjadi motor penggerak gotong royong dan kerja sama dalam bentuk kebaikan dan kebajikan. Pada surat Al-Baqarah ayat 177, menerangkan bahwa diantara ciri-ciri orang bertaqwa itu adalah orang-orang yang beriman kepada Allah, Hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab Allah.
  3. Hubungan taqwa dengan diri sendiri, maksudnya : Dalam hubungan dengan diri sendiri ketaqwaan ditandai dengan ciri-ciri antara lain:
  4. Sabar, yaitu sikap diri menerima apa saja yang datang kepada dirinya, baik perintah, larangan, maupun musibah yang menimpanya.
  5. Tawakal, yaitu menyerahkan keputusan segala sesuatu, ikhtiar, dan usaha kepada Allah.
  6. Syukur, yaitu sikap berterimakasih atas apa saja yang diberikan Allah atau sesama manusia.
  7. Berani, yaitu sikap diri yang mampu menghadapi resiko sebagai konsekuensinya dari komitmen dirinya terhadap kebenaran.
  8. Hubungan taqwa dengan lingkungan hidup, maksudnya : Manusia yang bertaqwa adalah manusia yang memegang tugas kekhalifahannya di tengah alam, sebagai subyek yang bertanggung jawab mengelola dan memelihara alam lingkungannya.

 Orang yang bertaqwa adalah orang yang mampu menyikapi lingkungannya dengan sebaik-sebaiknya. Bagi orang yang bertaqwa, lingkungan alam adalah nikmat Allah yang harus disyukuri dengan cara memanfaatkannya sesuai dengan keharusannya dan memelihara dengan sebaik-baiknya.

  • Keterkaitan iman dan taqwa

Pada prinsipnya, iman adalah syarat sedangkan taqwa adalah tujuan. Kedudukan iman sebagai syarat menunjukkan bahwa kewajiban melaksanakan ibadah puasa hanya dapat disahuti melalui wadah keimanan ini. Mengingat bahwa nilai-nilai iman berfluktuasi maka sudah pasti nilai-nilai puasa juga demikian. Oleh karena itu, melalui wadah iman ini pulalah maka tujuan dari puasa yaitu menuju jenjang taqwa sangat mudah direalisasikan. Iman dan taqwa merupakan dua sisi mata uang yang sangat sulit untuk dipisahkan dan bahkan kedua-duanya saling membutuhkan. Dengan kata lain, jenjang taqwa tidak akan pernah terwujud bila tidak diawali dengan keimanan dan keimanan itu sendiri tidak akan memiliki nilai apa-apa bila tidak sampai ke derjat ketaqwaan.

Perpaduan antara iman dan taqwa ini adalah kemuliaan sebagaimana yang telah dijelaskan dalam Al-Qur'an. Oleh karena itu, Al-Qur'an dengan tegas menyebutkan bahwa manusia yang paling mulia di sisi Allah adalah orang-orang yang paling taqwa. Prediket kemuliaan ini sangat ditentukan oleh kualitas taqwa, semakin tinggi tingkat ketaqwaan seseorang maka semakin mulia pula kedudukannya pada pandangan Allah. Perpaduan antara iman dan taqwa ini tidak akan terjadi secara otomatis karena iman memiliki persyaratan untuk menuju nilai kesempurnaannya. Persyaratan ini dapat dilihat melalui aturan-aturan yang diberlakukan kepada iman yaitu memadukan keyakinan dengan perbuatan. Tanpa melakukan perpaduan ini maka iman akan selalu bersifat statis karena berada pada tataran ikrar tidak pada tataran aplikasi. Oleh karena itu, maka kata 'iman' selalu digandeng dalam Al-Qur'an dengan amal shaleh (amanu wa 'amilu alshalihat) supaya keberadaan iman terkesan lebih energik.

Penggandengan kata 'iman' dengan perbuatan baik ini menunjukkan adanya upaya-upaya khusus yang harus dilakukan untuk menjaga keeksisan iman itu sendiri. Perlunya upaya khusus ini karena posisi manusia masih sangat labil jika masih berada pada level iman. Untuk menguatkan posisi ini maka orang-orang yang beriman diperintahkan untuk melakukan perbuatan-perbuatan baik untuk menuju kestabilan. Adapun yang dimaksud dengan taqwa ialah kemampuan diri menjaga perpaduan ini secara kontiniu sesuai makna dasar dari kata taqwa itu sendiri yaitu 'menjaga'. Dengan demikian, maka sifat taqwa merupakan benteng untuk menjaga aturan-aturan Allah supaya posisi iman tidak lagi berada dalam kelabilan. Kunci sukses yang ditawarkan Al-Qur'an untuk menghindari kelabilan ini ialah dengan melakukan perbuatan-perbuatan baik.

Dalam Al-Qur'an dijumpai beberapa perintah kepada orang-orang yang beriman agar bertaqwa kepada Allah sebagaimana disebutkan dalam Q.S. al-Baqarah 278, Ali 'Imran 102, al-Maidah 35, al-Taubah 119, al-Ahzab 70, al-Hadid 28 dan al-Hasyr 18. Perintah-perintah ini mengindikasikan bahwa iman belum mencapai kesempurnaannya tanpa mendapatkan nilai taqwa. Berdasarkan hal ini maka orang-orang yang beriman harus cerdas mencari mediator yang cocok untuk dijadikan jembatan menuju taqwa. Al-Qur'an telah memberikan bimbingan kepada orang-orang Mukmin bahwa mediator yang paling efektif untuk memfasilitasi hubungan iman dengan taqwa adalah ibadah

  • Karakteristik Iman
  1. Mereka menjadikan Allah dan Rasul-Nya lebih mereka cintai daripada anak,isteri,harta benda dan segalanya.“Katakanlah: “jika bapa-bapa , anak-anak , saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah dan Rasul-Nya dan dari berjihad di jalan Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan Nya”. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik.”(QS.9:24)
  2. Orang yang beriman tidak akan izin untuk tidak ikut berjihad.
    Orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, tidak akan meminta izin kepadamu untuk tidak ikut berjihad dengan harta dan diri mereka. Dan Allah mengetahui orang-orang yang bertakwa.Sesungguhnya yang akan meminta izin kepadamu, hanyalah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian, dan hati mereka ragu-ragu, karena itu mereka selalu bimbang dalam keraguannya. (QS.9:44-45)
  3. Mereka selalu mendengar dan taat jika Allah dan rasul-Nya memanggil mereka untuk melaksanakan suatu perbuatan.“Sesungguhnya jawaban orang-orang mukmin, bila mereka dipanggil kepada Allah dan rasul-Nya agar rasul menghukum (mengadili) di antara mereka ialah ucapan. “Kami mendengar, dan kami patuh”. Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung.”(QS.24:51)
  4. Mereka menjadikan Rasul sebagai hakim dlm setiap persoalan/permasalahannya.
    “Maka demi Rabbmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa dalam hati mereka sesuatu keberatan terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya.”(QS.4:65)
  5. Mereka memiliki iman yg mantap, tidak dicampuri dgn keragu-raguan sedikitpun dan keimanannya dibuktikan dengan berjihad di jalan Allah dgn harta & jiwanya.
    “Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu hanyalah orang-orang yang yakin(beriman) kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjuang (berjihad) dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah. Mereka itulah orang-orang yang benar. (QS.49:15)
  6. Mereka taat kepada Allah,rasul-Nya, dan ulil amri serta mengembalikan seluruh persoalan yg mereka perselisihkan kepada Al-Qur’an dan Sunnah rasulullah.
    “Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul-Nya,dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah(Al-Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama(bagimu) dan lebih baik akibatnya.” (QS.4;59)
  7. Apabila dibacakan ayat-ayat Allah kepada mereka maka hatinya bergetar, imannya bertambah, tetap menjalankan shalat,berzakat.“Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayatNya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Allah lah mereka bertawakkal.(yaitu) orang-orang yang mendirikan shalat dan yang menafkahkan sebagian dari rezki yang Kami berikan kepada mereka.Itulah orang-orang yang beriman dengan sebenar-benarnya. Mereka akan memperoleh beberapa derajat ketinggian di sisi Rabbnya dan ampunan serta rezki(nikmat) yang mulia. (QS.8:2-4)
  8. Cinta kepada Allah, bersikap lemah lembut terhadap sesama muslim dan tegas kepada kaum kafir.“Hai orang-orang yang beriman, barangsiapa di antara kamu yang murtad dari agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan merekapun mencintaiNya, yang bersikap lemah lembut terhadap orang yang mukmin, yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad dijalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya), lagi Maha Mengetahui. “(QS.5:54)
  9. Mereka tidak mempunyai pilihan lain terhadap apa yang telah ditetapkan oleh Allah dan rasul-Nya, kecuali hanya taat,tunduk dan berserah diri kepada-Nya
    “Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan yang mukmin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka sungguhlah dia telah sesat, sesat yang nyata. “(QS.33:36)

 

  • Tingkatan Iman
  1. Iman yang terbit daripada “Taklid”

Hasil daripada mengikut fahaman orang lain,contohnya mengikut apa yang dikatakan dan diajarkan oleh para Guru. Iman ini sangat lemah kerana tiada bukti dan hujah dapat dikemukakan oleh seseorang itu apabila timbul keraguan.Hanya berpandukan penerangan sesorang itu sahaja

  1. Iman yang tebit daripada “Ilmu”.

Hasil daripada pembelajaran mengenai dalil-dalil dan hujah-hujah yang berpandukan Al-Quran,hadis dan para Ulama. Sesiapa yang telah mencapai tingkatan iman ini,mereka akan berasa yakin dan mampu untuk menerangkan dan menghayati hakikat iman itu sendiri.

  1. Iman yang terbit daripada “Ayan”(ainun-mata).

Hasil daripada “muraqabatullah” iaitu rasa sentiasa diperhatikan oleh Allah dalam apa jua keadaan sekalipun. Tingkatan ini dikurniakan oleh Allah kepada insan yang terpilih sahaja

  1. Iman yang terbit daripada “Hak”.

Hasil daripada “musyahadatullah” iaitu dapat melihat Allah dengan mata hati. Juga dikurniakan kepada insane terpilih sahaja

  1. Iman yang terbit daripada “Hakikat”.

Hasil daripada “fana’unfillah” iaitu tiada melihat selain dari Allah SWT. Para Wali Allah hanya dapat mencapai sehingga ke tingkatan iman ini. Dimana mereka menjadi fana’ kepada Allah dan tidak dapat menyedari dan mengawalnya.

  1. Iman yang terbit daripada “Hakikatul hakikat”.

Juga hasil daripada “fana’unfillah” tetapi tingkatan ini hanya dikurniakan oleh Allah kepada para Anbia sahaja. Dimana para nabi dan Rasul fana’ kepada Allah dengan dapat melihat zat Allah itu tetapi masih mampu untuk mengawalnya dan hidup seperti manusia biasa. Seperti Rasulullah dapat melihat syurga dan neraka ketika Isra’ dan Mi’raj, tetapi masih turun kebumi dan dapat hidup seperti manusia biasa.

  • Cabang-cabang iman

Dari Abu Hurairah ra, dari Rasulullah SAW beliau bersabda, “Iman itu memiliki tujuh puluh sekian cabang. Dan rasa malu merupakan salah satu cabang dari keimanan.” Dalam riwayat lain, dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Iman itu tujuh puluh sekian cabang, atau enam puluh sekian cabang. Yang paling tinggi adalah ucapan La Ilaha Ilallah, dan yang paling rendah adalah menyingkirkan duri dari jalanan, sedangkan rasa malu adalah salah satu cabang dari keimanan.” Dan dari Imran bin Hushain, bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Rasa malu itu tidak datang melainkan (dengan) kebaikan.” (HR. Muslim)

  1. Iman memiliki cabang-cabang dan tingkatan-tingkatan. Dalam hadits riwayat lainnya dikatakan bahwa iman memiliki 73 cabang. Dan salah satu cabang Iman adalah al-haya’ (rasa malu). Rasa malu adalah malu untuk melakukan sesuatu yang bertentangan dengan nilai-nilai dan ajaran Islam, bukan malu dalam pengertian malu berdiri di depan umum, malu ketika dihadapan banyak orang, dsb. Namun malu adalah keinginan yang kuat untuk melakukan kebaikan, serta tidak suka apabila ia melakukan perbuatan yang tercela. Diriwayatkan bahwa Rasulullah SAW jika beliau melihat sesuatu yang tidak disenangi, maka kita dapat melihat itu nampak di wajahnya.” (Muttafaqun Alaih)
  2. Hal ini sekaligus menunjukkan bahwa keimanan itu diimplementasikan dalam bentuk amaliyah (amalan), yang bersumber dari keyakinan kepada Allah SWT. Iman bukan sekedar keyakinan yang ada dalam diri seseorang. Karena syaitan dan iblis sangat yakin dengan keberadaan Allah SWT. Namun mereka tidak beramal untuk mengimplementasikan keimanannnya, sebaliknya mereka beramal untuk mendapatkan kemurkaan Allah SWT. Dan rasa malu merupakan implementasi dari keimanan dan keyakinan seorang hamba kepada Allah SWT.
  3. Malu itu ada yang positif dan ada pula malu yang negatif. Malu melakukan suatu kemungkaran dan perbuatan maksiat atau larangan agama merupakan sikap malu yang terpuji dan sangat baik. Akan tetapi malu dalam menjalankan ketaatan kepada Allah, misalnya malu melaksanakan shalat fardhu berjamaah di masjid, kerana khawatir dikatakan sok suci atau sok alim, malu kalau membaca Al-Qur’an, malu kalau menolak berjabatan tangan dengan lawan jenis, malu jika tidak menerima risywah, dsb, semuanya itu adalah sifat malu yang tercela dan tidak ada kebaikannya sama sekali. Justru rasa malu melakukan hal-hal yang mungkar, merupakan malu yang terlahir dari keimanan kepada Allah SWT.
  4. Tingkatan iman yang tertinggi adalah ucapan “La Ilaha Illallah” serta tingkatan iman yang paling rendah adalah menyingkirkan duri dari jalanan. Oleh karenanya, janganlah kita menganggap remeh suatu perbuatan baikpun, meskipun hanya menyingkirkan duri dari jalanan. Menyingkirkan duri dari jalanan tidak hanya berarti duri yang ada di jalanan. Namun bisa juga berarti memudahkan jalan, urusan dan pekerjaan orang lain, serta termasuk juga di dalamnya memudahkan urusan para nasabah yang membutuhkan uluran tangan kita semua.
  5. Sikap malu merupakan sikap yang sangat baik dan perlu dipelihara, baik dalam skala individu, keluarga, sosial, bahkan dalam skala Negara. Karena rasa malu tidak akan datang, kecuali akan mendatangkan kebaikan. Sementara apabila rasa malu telah hilang, akan mendatangkan keburukan. Diantara bentuk dari sikap malu adalah seperti senantiasa jujur, amanah, tulus dan ikhlas, senang membantu orang, disiplin, rajin dan taat beribadah, tidak membicarakan keburukan orang lain, sabar, makan dan minum dengan tangan kanan dan tidak berdiri, menghindari tempat-tempat maksiat, dan senantiasa pasrah kepada Allah SWT.

 

  • Iman dan Taqwa Dalam Kehidupan Moderen

 

Dalam kehidupan yang moderen saat ini telah banyak timbul kekacauan-kekacauan di bumi ini. Hal ini disebabkan oleh semakin berkurangnya tingkat keimanan dan ketaqwaan manusia kepada Allah SWT. Banyak sekali kejadian dan contoh-contoh akibat dari semakin menipisnya iman dan ketaqwaan itu. Sebagai seorang muslim marilah kita terus meningkatkan iman dan ketaqwa’an kepada Allah SWT, dengan mengerjakan perintahNya dan menjahui apa-apa yang dilarangNya.

Dengan semakin berkembangnya zaman, banyak dampak positif yang dapat kita ambil tetapi cukup banyak pula dampak negatif yang ditimbulkan. Agar kita terjauh dari dampak nigatif pada perkembangan zaman yang moderen ini, seyugyanya kita harus menjaga diri dari apa-apa yang dilarang Allah seperti berbuat maksyiat dan lain sebagainya. Dampak-dampak negatif itu dapat terjadi karena landasan kehidupan atau iman dan taqwa manusia kepada Allah mulai goyah. Hal ini akan menyebabkan manusia bertindak dengan hanya mengandalkan hawa nafsu tanpa melibatkan akal dan pikiran. Mereka akan bertindak semau mereka sendiri dan akan mengejar nikmat duniawi tanpa memperdulikan nilai-nilai dan norma-norma agama serta pendidikan.

Berikut ini ada beberapa permasalahan masyarakat kita dalam kehidupan moderen saat ini.

  1. Agama dipandang sebagai sesuatu yang terpisah dengan pengaturan  kehidupan.
  2. Pola hidup masyarakat bergeser dari social-religius kearah masyarakat individual materialistis dan sekuler.
  3. Pola hidup sederhana dan produktif cenderung kearah pola hidup mewah dan konsumtif.
  4. Hubungan keluarga yang semula erat dan kuat cenderung menjadi longgar dan rapuh.
  5. Nilai-nilai agama dan tradisional masyarakat cenderung berubah menjadi masyarakat modern yang bercorak sekuler atau tidak menujukkan akhlak keislamannya.
  6. Lembaga perkawinan mulai diragukan dan masyarakat cenderung untuk memilih hidup bersama tanpa nikah.
  7. Ambisi kerier dan materi yang tidak terkendali mengganggu hubungan interpersonal baik dalam keluarga maupun masyarakat.
  8. Jaminan terhadap kesehatan bagi masyarakat juga semakin jauh.

 

  • Dalil-dalil
  1. iman Itu, ialah engkau iman percaya dengan yakin kepada Allah, kepada malaikat-malaikat Nya, kepada kitab-kitab Nya, kepada utusan-utusan Nya, kepada hari akhir (akan dibangkitkan dari kubur) dan yakin kepada taqdir (ketetapan Allah), taqdir yang baik maupun yang jahat.

(H.R. Muslim dan Umar).

  1. iman itu ialah percaya dengan yakin kepada Allah, malaikat-malaikat Nya, kitab-kitab Nya, dan yakin akan menjumpai Nya dan kepada hari akhir (akan dibangkitkan dari kubur).

(H.R. Bukhari).

3.     (Kalau kalian akan ma’ rifat kepada Allah), hendaknya kalian memperhatikan seluruh alam ciptaan Allah (makhluk Nya) dan tidak usah memikir-fhikirkan Dzat Allah Maha Pencipta, sebab walau bagaimanapun juga kalian tidak akan dapat menjangkau Nya.(H.R. Bukhari dan Muslim).

4.     Seutama-Utama amal, ialah beriman kepada Allah dan Rasul Nya. (H.R. Bukhari). 5.     iman mempunyai “77” cabang, yang pertama ialah mengucapkan “LaailaahaiIlaIlaah” dan yang paling rendah ialah menyingkirkan sesuatu barang yang mungkin berbahaya dijalan, dan malu mengerjakan kejahatan juga salah satu cabang dan rangka iman.(H.R. Muslim).

6.     Rasa malu dan iman itu sebenarnya berpadu menjadi satu maka bilamana lenyap salah satunya hilang pulalah yang lain. (Al-Hadist). 7.     Allah berfirman: Barangsiapa yang tidak bersabar terhadap bencana yang Aku timpakan atasnya, baiklah ia mencari saja tuhan yang lain daripada Ku.(H.R. Thabrani).

8.     Iman yang paling dicintai Allah, ialah yang condong kepada kebenaran saja dan yang gampang dituruti dan mudah dilaksanakan. (H.R.Ahmad).

9.     Tiga perkara, barang siapa terdapat padanya yang tiga perkara itu, terasalah olehnya kemanisan Iman.1). Mencintai Allah danRasulNya, lebih dan mencintai segala yang lain. 2). Mencintai seseorang semata-mata karena Allah. 3). Benci kembali kepada kufur, serupa dengan benci dicampakkannya kedalam api yang bernyala-nyala.(H.R.Bukhari dan Muslim).

10.   Sesungguhnya bagi segala sesuatu itu ada hakikatnya, dan seseorang tidak akan memperoleh hakikat iman, kalau ia belum mengetahui bahwa sesuatu yang mengenai dirinya tak mungkin akan keliru,dan apa-apa yang keliru tak mungkin akan mengenai dirinya. (H.R. Ahmad danThabrani) 11.   Orang-orang yang paling berbahagia ialah orang-orang yang mendapat syafaatku nanti pada hari kiamat, yaitu orang-orang yang mengucapkan Laailaahaillallaahu, dengan ikhlash suci hatinya.(H.R. Bukhari).

12.   Iman ialah mengi’tiqadkan dengan yakin dalam hati, dan mengikrarkan dengan lisan, dan mengerjakan dengan anggota (segala yang diyakinkan).(H.R. Muslim). 13.   Suci itu sebagian dari iman. Alhamdulillah memenuhi neraca timbangan, Suhhanallah dan Alhamdulillah memenuhi kedua-dua daun timbangan neraca, atau memenuhi ruang yang ada di antara langit dan bumi. (H.R. Muslim).

14.   Saya pemuka anak cucu Adam pada hari kiamat,dan saya tidak membanggakan diri. Di tanganku terletak panji-panji pujaan, dan saya tidak membanggakan diri. Dan tidak ada seorang nabi pada waktu itu, baik Adam atau lainnya, melainkan dibawah naungan panji-panjiku. Saya orang yang pertama member syafaat, dan orang yang pertama menerima syafaat, dan saya tidak membanggakan diri. (H.R. Ahmad danTirmudzi dan Ibnu Majah) 15.   Di dalamsorgaterdapatsesuatu yang belumpernahdilihatolehmatasiapapun, danbelumpernah
didengarolehtelingasiapapun, danjugabelumpernahterlintasdiganibarkanolehhatiseorangpun.(.H.R. Al Bazzar).

16.   Setelah Allah menciptakan sorga ‘Adnin, Allah menciptakan di dalamnya sesuatu yang belum pernah dilihat oleh mata siapapun, dan sesuatu yang belum didengar oleh telinga siapapun, juga sesuatu yang belum pernah terlintas digambarkan oleh hati siapapun.Kemudian ia berfirman, kepadanya : “Hal sorga bicaralah engkau”.
Maka sorga berbicara: “Sungguh sangat berbahagialah orang-orang yang beriman”.(H.R. Thabrani danIbnu Abbas).

17.   Saya memberikan syafaat kepada ummatku, sehingga Tuhanku Yang Maha Agung dan Maha Tinggi menyeru kepadaku :Wahai Muhammad, apakah engkau sudah rela?Maka saya menjawab : “Wahai Tuhanku, sungguh aku telah rela”.(H.R. AI BazzardanThabrani).

18.   Bahwasanya akan terjadi nanti pada hari kiamat,seseorang yang bermandikan keringat, maka ia mohon : YaTuhanku, berilah aku kesempatan beristirahat sejenak, walaupun di atas neraka.(H.R. Thabrani).

Hai orang-orang yang beriman, sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakanmu, dan orang-orang yang. sebelummu, agar kamu bertaqwa.Dialah yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap. Dia menurunkan air hujan dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan hujan ¡tu segala buah-buahan sebagai rizqi untukmu. Oleh karena itu,janganlah kamu mengadakan sekutu bagi Allah, padahal kamu mengetahui.

(Al Baqarah 21 — 22).

Maksud sekutu-sekutu : Tuhan-tuhan selain Allah yang disembah.
Padahal kamu mengetahui : Kamu mengetahui sekutu itu hanya sekedar mahluk, mereka tidak menciptakan dan tidak akan bisa menjadi Tuhan kecuali yang menciptakan.

Allah berfirman:

Dan barang siapa yang tidak beriman kepada Allah dan RasulNya, maka sesungguhnya kami menyediakan untuk orang-orang’kafir neraka yang bernyala-nyala.

(AlFath 13).

Dari Umar bin Khotthob ra. berkata : Pada suatu hari, kami berada di sisi Rasulullah SAW, tiba-tiba datanglah seorang lelaki yang mengenakan pakaian yang sangat putih, rambutnya hitam kelam, tidak tampak bekas bahwa dia dari bepergian, disamping tidak seorangpun dañ kita yang mengenalnya, lalu duduk di hadapan Nabi, lalu menyaidarkan kedua lututnya keepada dua lutut Nabi, dan meletakkan kedua tapak tangannya pada kedua pahanya sendiri, lalu berkata : Wahai Muhammad, beritahukanku tentang Islam.  Lalu Rasulullah SAW bersabda : Islam ialah hendaknya kamu menyaksikan bahwa tidak ada Tuhan kecuali Allah dan sesungguhnya Muhammad adalah utusan Allah. Kamu mendirikan salat, berpuasa di bulan ramadhan, menjalankan haji ke baitullah, bila kamu mampu pergi ke sana. Lalu seorang lelaki itu menjawab : Betul.Perawi berkata : “Lantas kami merasa heran, dia bertanya kepada Nabi, lalu dia yang mengatakan betul terhadap jawaban Nabi”.Lalu dia bertanya lagi : Beritahukanlah aku tentang imam Nabi menjawab : ¡man ialah hendak lah kamu beriman kepada Allah, malaikat Nya, kitab kitab Nya, utusan-utusan Nya, hari kemudian, kamu beriman kepada taqdir yang baik dan yang buruk (dan Allah). Lelaki itu berkata : Betul (apa yang kamu katakan), lalu dia bertanya lagi : Berilah tahu aku tentang ihsan, lalu Nabi menjawab : “Ihsan ialah hendaklah kamu menyembah kepada Allah seolah-olah kamu melihatNya, bila kamu tidak melihatNya maka sesungguhnya Allah melihatmu”
Lalu lelaki itu bertanya lagi : Beritahulah aku tentang terjadinya han kiamat : Nabi bersabda : Tidaklah orang yang ditanya lebih mengetahui (tentang terjadinya kiamat) dan pada orang yang bertanya. Lalu lelaki itu berkata lagi : Beritahulah aku tentang tanda-tandanya (han kiamat)
Nabi menjawab : Hendaklah budak wanita melahirkan majikannya1) Dan kamu lihat orang-orang yang blasa nya tidak beralas kaki, telanjang (1), fakir miskin, penggembala kambing berlomba-lomba dalam membangun gedung (2) Kemudian lelaki itu pergi, aku pun masih tetap duduk di situ. Kemudian Nabi bersabda : Wahai Umar, apakah kamu mengetahui siapakah orang yang bertanya tadi? Aku (Umar) berkata : Allah dan RasulNya lebih mengetahui. Lalu Nabi bersabda : Sesungguhnya lelaki tadi adalah Jibril yang datang padamu untuk mengajarimu tentang agama.

  Attaj Assubki berkata : Islam adalah perbuatan yang dilakukan oleh anggouta tubuh dan tidak sah kecualidisertai dengan keimanan. Iman adalah membenarkandengan hati dan tidak akanditerim kecuali disertai dengan mengucapkan dua kalimat syahadat terlebih dahulu. Dalam syarah Muslim, Imam Nawawi pernah mengutip permufakatan pendapat ahlis sunnah, ahli hadis,ahli fikih dan ahli tauhid bahwa seorang yang beriman dengan hatinya, tapi lidahnya tidak mau mengucapkan kalimat syahadat, padahal dia bisa mengucapkannya,(maka bila meninggal dunia) akan dilemparkan ke neraka untuk selamanya. (dia mati kafir). Ketahuilah, sesungguhnya seorang kafir tidak bisa dikatakan muslim bila tidak mau mengucapkan dua kalimat syahadat.Tidak disyaratkan mengatakan :Aku bersaksi .. Jadi menurut pendapat yang mashur cukup membaca : Lailaha illallahu muhammadur rasulullah.Demikianlah menurut peri dapat Imam Nawawi di dalam kitabRaudhah. Namun menurut yang mu’tamad di kalangan ulama’ mutaakhirin (ulama’ yang terakhir) diharuskan mengucapkan : Aku bersaksi. Demikian menurut keterangan di dalam kitab Al Ubab. Kalau menurut keterangan yang terakhir ini, seandainya seorang kafir yang akan masuk Islam hanya mengucapkan : Aku mengetahui bahwa tiada Tuhan selain Allah dan sesungguhnya Muhammad utusan Allah atau tidak memakai kalimat : Aku bersaksi atau kalimat aku mengetahui. Tapi langsung berkata : Tidak ada Tuhan selain Allah dan sesungguhnya Muhammad adalah utusan Allah, maka diamasih belum dikatakan muslim. Untuk pendapat kalangan imam-imam kita ada pendapat yang ketiga : Yaitu bagi seorang kafir yang ingin masuk Islam disarankan mengucapkan : Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan sesungguhnya Muhammad adalah utusan Allah.. Atau hanya mengucapkan aku . Oleh karena itu,bagiseorang kafir yang masuk Islam hendaknya berniat hati, dan berkata : Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah, dan aku bersaksi sesungguhnya Muhammad adalah utusan Allah. Disyaratkan tertib dalam beriman. Oleh karena itu tidak sah beriman kepada Nabi terlebih dahulu sebelum beriman kepada Allah, juga tidak disyaratkan beruntun (setelah beriman kepada Allah, lantas beriman kepada Rasulullah)juga tidak disyaratkan mengucapkan syahadat dengan bahasa arab sekalipun orang yang masuk Islam itu bisa mengucapkan dua kalimat syahadat dengan bahasa arab  Bagi seorang kafir yang masuk Islam hendaknya mengerti arti dua kalimat syahadat yang dia ucapkan,yaitu tidak ada Tuhan yang disembah dengan benar di alam ini kecuali Allah Yang Maha Esa. Bagi seorang musyrik yang masuk Islam setelah mengucapkan dua kalimat syahadat, harus ditambah aku ingkar terhadap Tuhan,Tuhan yang telah kujadikan sekutu dan aku telah lepas dan seluruh agama yang bertentangan dengan agama Islam.
Jadi seorang musyrik tidak dikatakan mu’min, sehingga mengucapkan kalimat tersebut setelah bacaan dua kalimat syahadat. Demikian menurut keterangan yang terdapat di kitab Raudhah dan Ubab. Namun menurut sebagian pendapat ulama’ yang lain. Tambahan tersebut tidak diwajibkan. Ketahuilah bahwa pengertian iman kepada Allah adalah beritikad bahwa sesungguhnya Tuhan adalah tunggal, esa, tidak ada yang menyamai pada Nya baik sifat maupun ZatNya, tidak ada sekutu dalam ketuhananNya.Maksud ketuhanan di sini adalah yang berhak di sembah.Juga percaya bahwa Allah itu qadim (dahulu) tidak ada permulaannya dan kekàl tidak ada batas akhirnya, Juga beriman kepada para malaikat, bahwa mereka itu mahluk yang mulia, tidak pemah durhaka terhadap apa yang di perintahkan oleh Allah kepada mereka, mereka selalu mengerjakannya dengan baik, dan benar apa yang diberitakan oleh mereka. Beriman pula kepada kitab-kitab yang diturunkan oleh Allah, percaya bahwa kitab-kitab itu merupakan firman Allah yang azali yang berdiri sendiri,, tidak menggunakan huruf dan suara dan apa yang dimuatnya adalah henar.Dan sesungguhnya Allah menurunkan kitabNyakepada sebagian rasul dahulu dengan menggunakan Iafadh yang tertulis pada papan atau dengan melewati lidah malaikat. Beriman kepada para rasul, percaya bahwa merekaitu diutus oleh Allah kepada manusia danmereka dibersihkan dan perbuatan yang tidak layak dan kekurangan. Jadimereka terjaga dan perbuatan dosa kecil atau dosa besar,sebelum diangkat menjadi Nabi atau sesudahnya. Beriman kepada hari akhir, ia dimulai dan han kematian sampai akhir apa yang terjadi di dalamnya. Seseorang hendaknya mempunyai i’tikad bahwa hari akhir itu ada dan percaya apa yang terjadi di dalamnya seperti pertanyaan dua-malaikat munkar dan nakir, keni’matan dan siksaan di alam kubur, hari kebangkitan, balasan perbuatan manusia di dunia, hisab, timbangan amal perbuatan,jembatan di atas neraka jahanam, surga neraka, dan lain-lain. Beniman kepada Taqdir, percaya bahwa apa yang telah ditaqdir kan oleh Allah pada zaman azali mesti terjadi dan apa yang tidak ditakdir tidak akan terjadi. Percaya bahwa Allah telah mentakdirkan kebaikan dan keburukan sebelum menciptakan mahiuk dan sesungguhnya terciptanya seluruh alam ini dengan qadha’ dan takdirNya.   Dari Abu Hurairah ra. berkata : Rasulullah SAW bersabda : Perbaruilah imanmu. Dikatakan ; Bagaimanakita memperbarui iman kita wahai Rasulullah. Beliau bersabda : Perbanyaklah mem baca la ilaha iIlallah.(HR. Ahmad dan Al Hakim)

Dari Usman bin Malik berkata : Rasulullahbersabda :Sesungguhnya Allah telah mengharamkan api neraka untuk membakar orang yang mengatakan la ilaha illallah dengan hati yang ihlas untuk mencari keridhaan Allah.(HR. Bukhori Muslim)

Dari Ali bin Abi Thalib berkata ;Nabi SAW bersabda:Jibril pernah bicara (padaku); Allah berfirman : la ilahaillallah adalah bentengKu, barang siapa yang memasukinya maka akan aman dari siksaanKu.(HR. Ibnu Asakir)

Dari Abud darda’ ra. dan Nabi SAW bersabda . Tidak ada seorang hamba yang membaca la ilaha Illallah seratus kali kecuali Allah membangunkannya di hari kiamat, sedang wajahnya bersinar seperti bulan purnama di waktu malam. Pada hari itu tidak ada amal perbuatan seorangpun yang diangkat (kesisi Allah) yang lebih baik dari amalannya (orang yang membaca la ilaha illallah seratus kali) kecuali orang-orang yang turut membacanya atau mau menambah bacaannya.(HR. Thabrani)

DariUmmu hani’ ra. dart Nabi SAW bersabda : Membaca la ilaha illah mempunyai pahala yang tidak bisa dikejar dengan amal perbuatan yang lain, dan tidak meninggalkan dosa (bisa rnenghapus dosa-dosa orang-orang yang membacanya). (HR. Abnu Majah)

Dari Jabir ra. dari Nabi SAW bersabda : Dzikir yang afdhol adalah membaca la ilaha illallah, sedang doa yang afdhol adalah membaca Al hamdulillah (pada permulaan dan terakhirnya). (HR. Tirmidzi dan Annasat)

Dan Abu Said Al Khudry dari Nabi SAW bersabda :Nabí Musa as. pernah berdo ‘a ; Wahai Tuhanku berilah pelajaran aku sesuatu bacaan yang aku gunakan untuk dzikir padaMu, lalu Allah berfirman : Bacalah la ilahaillallah, lantas Musa berkata : Wahai Tuhanku, seluruh hamba-hambamu mengatakan seperti ¡tu, sesungguhnya aku menghendaki sesuatu yang khusus kamu benikan untukkuLalu Allah ber firman : Wahai Musa seandainya seluruh langit yang tujuh penduduknya selain aku dantujuh bumi diletakkan, pada sebelah timbangan dan pahala la ilaha ¡lia llah diletakkan pada sebelahnya maka bobotpahala la ilaha illallah akan lebih berat.(HR. Nasa t)

 Dari Abu Bakar ra. berkata : Hendaklah kamu selalu membaca lailaha illallah dan istighfar. Usahakan kamu membaca keduanya yang banyak. Sesungguhnya Iblis pernah bilang : Aku telah merusak manusia dengan beberapa dosa yang dijalankan, dan mereka membinasakan aku dengan bacaan lailaha illallah dan istighfar.Ketika aku melihat mereka berbuat sedemikian rupa maka aku membinasa kan mereka dengan beberapa keinginan hawa nafsu yang diikuti. Sedang mereka mengira mendapat petunjuk. (HR. Abu Ya’la) Dan Abu Hurairah berkata . Ada malaikat maut datang kepada seorang lelaki yang mati,lalu dia membedah anggota tubuh mayat ¡tu, ternyata dia tidak menjumpai amal baik. Kemudian membedah hati mayat, ternyata di sana tidak ada amal kebaikan. Lalu dia bukamulutnya, tantas di temui ujung lidahnya melekat ke langit mulutnya yang membaca lailaha illatlah. Lantas mayat itu diampuni dosanya, lantaran kalimat ikhlas.(HR. Ibnu Abiddunya dan Al Baihaqi)

Dan sahabat Muadz ra. dari Nabí SAW bersabda : “Barang siapa yang akhir perkataannya (di waktu akan meninggal dunia) adalah bacaan lailaha illallah maka masuk surga”. (HR. Abu Dawud dan Ahmad)

Kami memohon kepada Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Pemurah hendaknya mengakhiri perkataan kita dengan kalimat tauhid (bacaan lailaha illallah).

  • Kisah-kisah

1.     Imam Syafii — (Muhammad bin Idris) pernah bercerita :Aku pernah melihat di Mekkah seorang yang dahulunya beragama Nasrani boleh dibilang,dia sudah mempunyai gelar uskup. Pada kali ini sedang menjalankan tawaf.Aku berkata kepadanya : Apa yang membikinmu enggan terhadap agama nenek moyangmu. Lalu dia berkata : Aku telah menggantinya dengan jalan yang lebih baik.Aku (Imam Syafii  berkata : Bagaimana sampai demikian?Lalu dia bercerita kepadaku : Pada suatu hari aku pergi dengan kapal laut, ketika sampai pada pertengahannya, tiba-tiba karena satu dan lain sebab,kapal itu terbelah, akhirnya aku berupaya untuk mencari keselamatan, aku bertautan dengan sepotong papan. Kulihat gelombang laut bergumpalan, laksana gunung-gunung yang tampak dari kejauhan, aku hanya mengikuti arusnya. Akhirnya akupun terpental ke tepi laut.
Lantas aku berjalan-jalan di pulau itu, di sana terdapat banyak pepohonan yang berdaun rindang, buahnya lebih manis dari madu, lebih empuk daripada keju.Di sana juga ada sungai yang mengalir dengan indahnya, airnya tawar. Aku berkata : Alhamdulillah, aku bisa makan buah buahan ini, aku juga bisa minum dari air sungai ini, sehingga aku memperoleh jalan petunjuk dan musibahku dipudarkan oleh Allah. Pada kala itu, yang paling menyusahkan, di kala matahari mulai terbenam, kegelapan telah menyelimuti alam.
Aku takut bila nanti ada binatang buas yang datang dan memakan tubuhku. Aku ingin perlindungan, lalu aku memanjat pohon di sampingku, aku duduk di atas tangkai nya, akupun tertidur setelah tubuhku kuikat dengan tali,hingga pada suatu saat akupun tidak sampai terjatuh. Namun di saat pertengahan malam telah tiba, tak kuduga, akupun melihat binatang yang berenang di air,membaca tàsbih, lidahnya fasih. Dia membaca lailaha illahal Ghoffar, Muhammadun rasulullah Annabiyyul mukhtar
artinya Tidak ada Tuhan se]ain Allah Yang Maha Pengampun, dan Muhammad adalah Rasulullah sebagai Nabi yang terpiih. Ketika binatang tersebut mendekat ke pantai, tiba tiba lain dari binatang biasanya, berkepala burung kasuari bertampang manusia, berkaki unta dan ekornya seperti ikan. Akupun takut kebinasaan diriku, aku turun dar pohon dan aku Iari.Lalu dia memandangku dan berkata : Berhentilah, bila kamu masih tetap berlari kamu akan binasa.Akupun berhenti, lalu berkata ; Apakah agamamu?Aku berkata : Kristen.Lalu dia berkata lagi :Celaka kamu wahai orang yang merugi, kembalilah memeluk agama yang lurus,Sesungguhnya kamu sekarang bertempat di daerah jin yang mu’min, tidak akan bisa selamat kecuali orang yang muslim. Aku berkata . Bagaimana caranya memeluk Islam?Dia berkata : Bacalah Asyhadu anla ilaha illallah wa anna muhammadan rasulullah.Lalu aku membacanya. Kemudian binatang itu berkata : Kamu berkehendak untuk tinggal di tempat ini atau kembali kepada keluargamu? Lalu akumenjawab : Aku kembali kepada keluargaku.Kemudian dia berkata : Berdiamlah di tempatmu,sebentar lagi ada kapal yang lewat di mukamu, akupun berdiam dan binatang itu juga turun ke laut lagi, hingga pergi menghilang dari pandanganku.Lalu ada kapal yang lewat di mukaku, akupun melambaikan tanganku untuk menyetopnya, lalu kapal itu berhenti dan membawaku.Setelah aku sampai di dalamnya,aku berjumpa dengan dua belas orang yang seluruhnya lagi memeluk agama Nasrani, lalu aku cenitakan apa yang menimpa pada diniku dan merekapun mulai sadar dan mau memeluk agama Islam.

  2.     Syekh Abdullah . Al Yafi I (Almarhum) pernah menulis cerita dalam kitabnya Raudhur rayaahinBahwasanya pada waktu dahulu ada seorang raja yang binal,banyak melakukan perbuatan durja. Lantas kaum muslimin menyerangnya dan dapat ditangkap sebagai tawanan perang.
Lalu mereka berkata :Dengan cara bagaimana kita membunuhnya, lalu mereka bersepakat meletakkannya kedalam bejana besar untuk memanaskan air.Lalu dibakarnya dari bawah bejana itu.Dengan cara ini mereka tidak membunuhnya tapi siksaan ini lebih bisa dirasakan terus menerus. Akhirnya mereka melakukan apa yang telah disepakati di dalam perkumpulan, lantas si raja yang tertawan itu memanggil tuhan-tuhannya satu persatu, rupanya tuhan-tuhan itu tetap membisu,tuli tidak mendengarkan ucapannya.Dia berkata wahai fulan sesungguhnya aku menyembahmu agar kamu menyelamatkan aku dari bencana yang menimpaku. Rupanya setelah harapannya kepada tuhan tuhan sudah putus lalu dia mengangkat kepalanya kelangit dan membaca lailaha ilallah serta berdo’a dengan hati yang thias. Lalu do’anya mendapat tanggapan dari Allah dan hujanpun turun seketika sehingga bisa memadam kan api itu.Kemudian ada angin kencang yang datang dan arah yang tidak diketahul, lalu bisa membawa belanga itu keatas berputar-putar antara langit dan bumi. Raja tadi tetap membaca lailaha illallàh. Lalu dilemparkan ke daerah dimana penduduknya tidak menyembah kepada Allah.
Akhirnya mereka mengeluarkannya dan belanga itu dan berkata : Ada apa kamu? Lalu dia berkata : Aku ini raja bani fulan, aku pernah mengalami peristiwa yang amat pedih.Lalu diceritakanlah apa yang dialaminya, akhirnya penduduk daerah itu beriman seluruhnya.

3.     Syekh Abu Zaid Al Quthubi pernah berceritaBahwa dia pernah mendengar dan orang-orang tua dahulu yaitu ada atsar yang mengatakan : Barang siapa yang membaca lailaha illaliah tujuh puluh ribu kali maka bisa digunakan tebusan dan api neraka.Dengan demikian seorang yang membacanya akan masuk surga, akupun tidak segan-segan melakukannya, lantaran menginginkan mendapatkan janji yang menyenangkan itu. Aku membaca lailaha illallah sebanyak tujuh puluh kali dengan niat untuk keluargaku agar diselamatkan dariapi neraka dan yang lain aku simpan untuk diriku sendiri Ada seorang pemuda yang ketepatan menginap dirumahku. Ada orang bilang pemuda itu bisa melihat surga dan neraka dengan kasyaf. Tapi tidak seterusnya, namunpada suatu saat belaka. Orang-orang juga mengakui atas kelebihan pemuda itu sekalipun usianya masih pendek.
Ada sesuatu yang perlu kubuktikan kepada pernuda itu. Pada suatu hari ada sebagian teman mengundang kami agar pergi ke rumahnya, kitapun bentemu dengan pemuda itu lagi, Lalu kita sama-sama memakan hidangan,dan meminumnya.Tiba-tiba pemuda itu menjerit dengan suara yang keras.Dia berkata : Wahai pamanku ini ibuku sedang berada di neraka.Lalu pemuda itu menjenit dengan suara yang keras lagi, orang-orang yang mendengarkan bahwa di balik jeritannya itu ada sesuatu yang mengejutkan.Aku berkata : Pada hari aku ingin mencoba atas kebenaran anggapan pemuda itu. Lalu Allah menurunkan ilham padaku agar aku membaca lailaha ilallah tujuh puluh ribu kali sebagai tebusan untuk ibunya pemuda ini,tidak ada seorangpun yang mengetahui bahwa aku diberi ilham seperti itu. Aku berkata : Atsar/hadis tersebut jelas benar, perawi-perawinya juga orang-orang yang bersungguh-sungguh,tidak bohong.Aku berkata : Ya Allah sesungguhnya bacaan lailaha illallah sebanyak tujuh puluh itu sebagai tebusan ibu pemuda ini. Kata hati itu masih belum berhenti, pemuda itu berkata : Wahai pamanku ini ibuku dikeluarkan dari api neraka dan alhamdulillah.

 

  • Kesimpulan

Iman adalah rasa percaya yang dibenarkan oleh hati diucapkan lisan dan ditunjukan dalam perbuatan. Iman kepada Allah artinya meyakini dan membenarkan adanya Allah, satu-satunya pencipta dan pemelihara alam semesta dengan segala kesempurnaanya.

      Taqwa yang berarti takut, menjaga, memelihara dan melindungi, maka taqwa dapat diartikan sikap memelihara keimanan yang diwujudkan dalam pengamalan ajaran agama islam secara utuh dan konsisten.

       Dalam kehidupan zaman moderen saat ini, moto keimanan kita sering guyah karena banyaknya hal-hal atau tuntunan yang mengarah kepada kemaksyiatan, sebagai muslim marilah kita menjaga diri dan hati dari segala perbuatan yang dilarang Allah, dan selalu berusaha untuk lebih memperbaiki diri.

      Sebagai umat islam yang baik, kita harus meningkatkan mutu iman dan ketaqwaan kepada Allah swt agar mendapatkan ketentraman lahir dan batin.

  1. Sebagai umat islam kita harus meningkatkan keimanan dan ketaqwaan.
  2. Sebagai orang yang beriman dan bertaqwa, kita harus melaksanakan perintah-perintah Allah dan menjahui segala apa yang dilarangNya.
  3. Marilah kita mengaflikasikan perintah Allah yang maknanya "... Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan ke luar..(memudahkan jalannya untuk sukses)"Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. (QS.65:2-3).
  4. Dalam mengamalkan iman dan taqwa harus konsisten (istiqomah).
  5. Dalam kehidupan yang moderen saat ini, kita harus menjaga keimanan dan ketaqwaan, agar kita tidak terjerumus kedalam kesesatan.


Rijalul Fahmillah | 5 tahun yang lalu | Iman 2 comments
komentar ( 2 )
  1. User Avatar
    mayang sari - 1822500088@mahasiswa.atmaluhur.ac.id

    terimakasih kak….penjelasannya perkenalkan nama saya mayang sari dari ISB Atma Luhur

  2. User Avatar
    mayang sari - 1822500088@mahasiswa.atmaluhur.ac.id

    terimakasih kak….penjelasannya perkenalkan nama saya mayang sari dari https://www.atmaluhur.ac.id


Tulis Komentar :